Software Penghasil Uang

Senin, 21 September 2009

Warna di Bali

Om Swastiastu,

Kasta di Bali atau yg lebih disebut warna adalah politik jaman kerajaan dahulu yang digunakan untuk mempertahankan eksistensi golongan dan keturunan dari orang-orang yang memegang jabatan penting di masyarakat pada saat itu. Mereka menggolongkan diri mereka atas dasar warna brahmana, kesatrya, dan wesya. Warna brahmana pada jaman itu dipegang oleh para keturunan Dang Hyang Dwijendra (Brahmana Siwa)dan Dang Hyang Astapaka (Brahmana Buddha), untuk warna kesatrya dipegang oleh para keturunan Dalem, sedangkan untuk golongan Wesya dipengang oleh keturunan para Arya. Diluar dari soroh-soroh tersebut dimasukkan ke dalam golongan jaba seperti soroh Pasek, Bendesa, Bhujangga, Kayu Selem, Pande, dllnya.


Namun sekarang masyarakat sudah cerdas, manusia di mata tuhan adalah sama. Sekarang tugas kita adalah untuk meluruskan sistem warna tersebut, dimana disesuaikan dengan penggolongan atas jabatannya di masyarakat. Ambil contoh Gubernur Mangku Pastika, sekarang beliau adalah seorang golongan kesatria yang memimpin dan memerintah suatu daerah. Namun setelah masa jabatannya selesai dan beliau kembali menjadi masyarakat biasa, maka golongan beliau pun berubah menjadi jaba kembali. Ambil contoh seorang pandita atau brahmana, yg menjadi brahmana adalah orang (pandita) yang memang menjadi brahmana pada saat itu, kalaupun anak pandita tersebut hanya menjadi masyarakat biasa, maka anaknya tersebut dikatakan golongan jaba. Jika suatu saat pandita lanang-istri lebar dan keturunan2 beliau tidak ingin melanjutkan posisi beliau menjadi brahmana, maka rumah beliau yang awalnya disebut Griya kembali menjadi rumah biasa, tidak lagi disebut dengan Griya.

Berdasarkan contoh-contoh saya di atas, saya berharap kita sebagai masyarakat Bali tidak lagi merasa diri paling tinggi atau paling rendah. Tidak ada lagi sifat-sifat feodalisme di masyarakat berdasarkan penggolongan soroh, wangsa dan lain-lainnya. Mari kita bersatu sebagai masyarakat Bali, agar Bali kita tetap ajeg dan lestari dan tidak mudah dipecah-pecah/diadu domba oleh orang lain yang berasal dari luar. Semoga wawasan saudara-saudara pembaca terbuka atas tulisan saya ini.

Suksma,

Rahajeng Sagung Dumadi

Om Santi Santi Santi Om

2 komentar:

Pelangi Kehidupan mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Pelangi Kehidupan mengatakan...

Om swastiastu, saya sependapat,, manusia adalah sama dihdpn Hyang Widi. Kadang kla manusia bngga dan sombong ats keddknny,dn mnjdi lupa dri, lupa pda asl, dn yg menydihkn 'lupa pda Hyang Widi. Ad jg manusia yg larut dalam persaan rendah diri. Sungguh ironis..ilusi kehidupan. Om santi santi santi om.